Setelah Kepergian mu., posted on Friday at 01:16

Tak ada lagi kamu yang memenuhi kotak inbox ku di handphone ku. Tak ada lagi sapamu sebelum tidur yang membebel riuh ditelingaku. Tak ada lagi suaramu yang menguatkan setiap langkahku. Tak ada lagi ketawa yang merendam segala kesedihan. Tanpa kamu..... semua berbeza dan tak lagi sama.

Aku membuka mata dan berharap hari hariku berjalan seperti biasa. Walau tanpamu, walau tak ada kamu yang memenuhi hari hariku. Seringkali aku terbiasa melirik ke screen handphone, namun tak ada lagi ucapan selamat pagi darimu dengan emote kiss yang menjadi semangat untuk aku memulakan hariku. Pagi yang berbeza. Ada sesuatu yang hilang...


Lalu aku menjalani semua aktiviti ku. Seperti biasa, kamu tentu tahu itu.  Dulu, kamulah yang memang selalu mengerti kegiatan dan rutinitas ku. Namun sekarang, tak ada lagi kamu yang berperan aktif dalam siang dan malam ku. Tak ada lagi pesan singkat yang mengingatkan ku untuk sentiasa menjaga pola makan ataupun menjaga kesihatan. Memang bukan masalah besar, aku berdikari dan sangat tahu hal hal yang harus aku lakukan. Tapi..... kamu tentu tahu, tak mudah mengikhlaskan perpisahan.


Rasa ini begitu absurd dan sukar untuk dideskripsikan. Kamu yang membawa jiwaku melayang ke negeri antah-berantah, dan mengasingkan aku kedunia yang bahkan tak pernah aku fahami. Aku bercermin, setiap lekuk wajahku, mataku, senyumku bahkan susuk diriku. Aku tak mengenal siapa diriku di dalam cermin itu. Tak ada aku dalam cermin yang aku perhatikan sejak tadi. Aku berbeza, dan tidak lagi mengenal siapa diriku. Seseorang yang aku kenal didalam tubuhku kini menghilang secara magis setelah kepergianmu. Kamu merampas habis cinta yang kupunya, melarikannya ke suatu tempat yang sulit untuk kucapai. Entah dimana aku dapat menemukan diriku yang telah hilang itu. Entah bagaimana caranya mengembalikan sosok yang aku kenal itu kedalam tubuhku. Aku kebingungan dan kehilangan arah.


Ingin rasanya aku melempari segala macam barang supaya dapat memecahkan cermin itu. Agar aku tak dapat lagi melihat diriku yang tenggelam, yang dah tak lagi ku kenal. Agar aku tak perlu menyedari perubahan yang begitu besar terjadi setelah kehilangan kamu. Supaya aku dapat berhenti mempercayai cinta jika terlalu sering mempercayai cinta dalam rasa frustasi seperti ini. Aku mungkin akan berhenti mempercayai diriku, dan segala janji janji tolol ku. Siksaan mu terlalu besar untukku, aku terlalu lemah untuk merasakan semua rasa sakit yang telah kusebabkan.


Bagaimana mungkin aku dapat menemukan seseorang yang lebih sempurna jika aku pernah memiliki yang paling sempurna?


Aku benci pada perpisahan. Aku benci pada aku. Entah kenapa dalam peristiwa itu harus kamu yang terluka, sementara aku turut merasa yang sama. Sesungguhnya itu sungguh tidak adil bagiku. Kamu yang harus tertawa, kenapa mesti turut menangis. Kita seperti saling menyakiti, tanpa tahu apa yang patut dibenci. Kita seperti saling memendam dendam, tanpa tahu apa yang harus dipermasalahkan.


Aku menangis sejadi jadinya, sedalam-dalamnya, atas dasar cinta. Dia penghancur, ketawa sekeras kerasnya, atas dasar..... entah harus kusebut apa. Aku tak pernah faham jalan fikiranku yang begitu rumit itu. Aku merasa sangat kehilangan, sementara kamu dalam hitungan jam menemukan bahagia sejatimu.


Jam berganti hari, dan semua berputar.... dan tetap berotasi. Aku jalani hidupku, tanpa kamu. Kamu lanjutkan hidupmu.


Tak banyak yang dapat kulakukan, selain mengikhlaskan kebahagiaanmu. Tak ada hal yang mampu aku perjuangkan selain membiarkanmu pergi dan melihatmu bahagia disisi lelaki yang tak mungkin akan menyakiti kamu seperti yang aku pernah lakukan. Aku hanya berusaha menikmati luka, sehingga ia menjadi candu didalam hidupku.


Aku mulai suka air mata yang acap kali jatuh untukmu. Aku mulai menikmati saat saat nafasku sesak ketika mengingat memori tentang kamu. Aku mulai jatuh cinta pada rasa sakit yang telah aku cipta.


Terima kasih.


Dengan luka seperti ini. Dengan rasa sakit sedalam ini. Kamu membuat aku tumbuh menjadi seorang yang lebih dewasa .